Jantung saya berdebar-debar karana penumpang di samping saya yang
sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku. Penumpang itu, seorang
laki-laki yang memperkenalkan dirinya sebagai Wan semasa kami bersembang
masa mula-mula naik keretapi tadi. Dia berumur kurang lebih 20 tahun
lebih muda dari saya, dengan tubuh yang tegap dan kulitnya yang bersih.
Meskipun sebagian besar penumpang keretapi tanah melayu ini sudah
terlena, mata saya bahkan tidak mau terpejamkan. Padahal waktu itu sudah
menunjukkan angka satu pagi. Tidak ada lagi suara orang bercakap-cakap
atau bergurau. Semua sudah larut dalam mimpinya sendiri.
Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, pemuda tadi
menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut dek baju sejuk yang saya
pakai. Ketika jari-jari tangan kanannya mula meraba-raba payudara saya,
rasanya saya mau berteriak kuat-kuat ingin memberontak karana
kehormatan saya sebagai janda seorang Kapten kapal sedang dinodai.
Tetapi saya malu. Nanti satu gerabak akan terbangun semua. Terpaksa saya
biarkan saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dibelai
lembut seluruh permukaan buah dada saya, lalu diramasnya pelan-pelan.
Kadang, buah dada saya ditekan-tekan, lalu diramas-ramas lagi. Demikian
berganti-ganti payudara kanan dan kiri. Setelah meraba, menekan dan
meramas-ramas, putingnya digentel-gentel di antara jari telunjuk dan ibu
jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa nikmat.
Payudara saya memang besar, seperti juga punggung saya. Meskipun
payudara saya itu tidak lagi tegak seperti waktu muda, tetapi isinya
masih padat. Perasaan apa ini? Mungkin perasaan nikmat yang tidak pernah
saya rasakan lagi setelah 10 tahun ditinggal suamiku karana dia telah
meninggal. Sejak itu, buah dadaku tidak ada yang meraba, demikian juga
vaginaku tidak ada lagi yang "mengisi".
Tetapi malam ini, kurasakan kembali kenikmatan itu. Apalagi tangan
kiri Wan, juga mulai meraba punggung kiriku. Tidak itu saja. Tangan
pemuda itu juga mulai turun, mengelus-ngelus perutku. Lalu ke bawah
lagi, tangan itu menggelitik vaginaku. Mula-mula bibir vaginaku
diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya menekan-nekan
klitorisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi berniat untuk
berteriak. Saya menikmati perangsangan pada vaginaku. Belum lagi
sesekali jari telunjuknya dimasukkan ke liang vagina. Pelan-pelan jari
itu diputar mengelilingi seluruh dinding vagina, sambil dimasukkan ke
dalam bibir vagina .
Berahiku semakin bangun setelah sekian lama saya tidak merasakan
berahi yang memang sudah saya tunggu-tunggu. Cairan vagina mulai
merembes dari dalam vagina. Saya rasakan debar jantung saya semakin
kuat, nafasku sedikit tersengal. Tetapi di tengah gejolak berahiku
tersebut, pemuda tadi berbisik, "Kita sambung dalam toilet. Saya
tunggu!" Entah setan betina mana yang telah merasuki tubuhku. Yang
jelas, bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa minit kemudian, saya
menyusul pemuda tadi. Sampai di depan tandas, pintunya sudah dibuka oleh
Wan. Saya kemudian masuk. "Ohh cantiknya kakak ni rupanya tadi saya
pandang sipi-sipi saja," Tersentak juga saya mendengar ucapan pemuda
tadi (Cantikkah saya?), tentu.
Mana ada janda seorang Kapten kapal yang tidak cantik. Kalaupun
ada, jumlahnya tidak banyak. Seberapa cantikkah? Tidak perlu susah-susah
membayangkan. Kata orang, saya mirip artis film hot Eva Arnaz,namun
belum sempat saya menyambut ucapan pemuda , leherku sudah dipeluk dengan
kedua tangannya. Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya.
Ditekannya kuat-kuat, sampai hidung saya tertindih hidungnya.
Kerana jadi sulit dan sesak untuk bernafas, tanganku menolak
dadanya. Tetapi pemuda itu bukannya mundur, serangannya semakin
menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher, bawah telinga, serta daerah
dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif bagi wanita. Mungkin parfum
lembut yang saya pakai ikut juga merangsang nafsu birahi pemuda itu,
terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang ingin
cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat
terangsang dengan bau parfum rambut dan body-lotion yang dipakainya. Dan
gelegak berahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu berahi serangan
total darinya.
Kedua tangannya seolah memegang kemudi iaitu buah dada saya.
Meramas, menggoyang-goyang, memutar-memutar dan macam-macam lagi
diperlakukan terhadap buah dada saya, semuanya memberikan kenikmatan
yang luar biasa. Dengan menempelkan penisnya ke vagina saya, saya seolah
diajak terbang memasuki alam maya syurga kenikmatan yang sudah lama
tidak saya rasakan. Pegangannya ke payudaraku kadang dipindahkan ke
kemaluan saya, digosok-gosok, ditarik-tarik klitorisnya. Kemudian pindah
lagi, sekarang kedua telapak tangannya mencubit dan meramas geram
punggungkuku kerena terasa sakit, dengan manja saya membisikkan, "Sakit
..." "habis saya geram kat punggung akak ni..." jawabnya sambil meramas
lagi. "Aduhh... dik... jangan... sakit... sakit ... adik nakal..."
desahku Lama-lama saya tidak kuat lagi bergumol sambil berdiri seperti
ini.
Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran elektrik
keberahian di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan benda
bulat, padat dan hangat yang sejak tadi berada di antara kedua pahaku.
"Adik... akak sudah tak tahan dik...... masukkan sekarang dik..." "He
ehh.. iya... iya... sayang..." katanya tergagap-gagap. Saya didudukkan
di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Dan benda nikmat itu
pelan-pelan dimasukkan ke liang vagina saya. "Bleeessss..," bunyi batang
kejantanannya memasuki liang nikmatku. "Aduh... nikmatnya..." teriakku
dalam hati. Setelah masuk, penis itu tetap diam, tidak ditarik keluar.
Ini merangsang dinding bagian dalam vaginaku yang langsung mulai
mengemut-ngemut benda hangat tadi.
Saya rasakan vaginaku seperti berdenyut.. Oh... alangkah nikmatnya.
Kini dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur. Ibarat
seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang pasir,
itulah rasa nikmat yang saya dapatkan rasakan. Sudah 10 tahun tidak
diberi "makan". Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil mencium
pipi dan belakang telingaku, batang kemaluan pemuda itu dimasuk-tarikkan
ke liang vagina saya yang merekah. Entah berapa kali vagina saya
klimaks secara berulang dalam jarak yang demikian pendek.
Mungkin lima kali atau lebih saya merasakan klimaks. "Hebat benar
lawan mainku saat ini." kata saya dalam hati kerana merasakan nikmat
tiada tara bandingan. Kini badan saya mulai lemas. Keringat panas keluar
dari tubuh saya bercampur dengan keringat pemuda itu yang benar-benar
menaikkan berahi kami. "Saya tembakkan sekarang ya... yang.. sayang...?"
bisiknya lembut. "He... ehh.. saya sudah terangsang ..." Kini batang
kejantanan pemuda itu mulai "laju-laju Masuk-keluar dan terus
masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama makin cepat. Vaginaku
terasa seperti di"charge" "Terus... terus... masuk-keluar...
masuk-keluar... in-out... in-out... terus..." pintaku dalam hati kerana
membawa perasaan yang luar biasa.
Saya tidak boleh membayangkan wajah saya. Saya juga tidak dapat
membayangkan rambut saya yang sudah diacak-acak jari pemuda itu saat
menggomoli saya.. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur,
saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat
kepanasan. Tiba-tiba, "Dukk..!" batang kejantanan milik pemuda itu
berhenti bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitaku. rupanya dia
mengalami ejakulasi. Air mani pemuda itu memancut ke dalam liang vagina
saya.
Rasanya saya seperti karam. Saya lihat pemuda itu menikmati sekali
puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendur.
Rasanya seperti baru saja megikuti lumba lari . Kami berdua mandi
keringat. Keringat berahi. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerabak
kereta api senandung malam yang sedang berjalan.
No comments:
Post a Comment